Jumat, 23 Juni 2017

PERAN PARA PELAKU PERENCANAAN KURIKULUM

1. Peran Administrator (Kepala Sekolah)

Menurut W. K. Kellogg tugas administrator berhubungan dengan :

a. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran

b. Siswa

c. Kepemimpinan komunitas sekolah

d. Staff

e. Gedung sekolah

f. Transportasi sekolah

g. Struktur dan organisasi

h. Keuangan dan manajemen sekolah

Menurut Drake and Roe menyatakan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh administrator sebagai berikut:

1. Memprakarsai perbaikan metode dan teknik pengajaran.

2. Memastikan bahwa kurikulum itu cocok untuk kebutuhan para siswa.

3. Mengarahkan para guru untuk memotivasi para siswa belajar secara optimal

4. Memberikan kesempatan kepada para guru untuk memilih programnya sendiri

5. Mengarahkan para guru untuk mengkoordinir dan menyusun materi pokok sesuai dengan kelas masing-masing.


2. Peran Para Guru

Para Guru mengambil peranan utama dalam pengembangan kurikulum. Ada banyak contoh keterlibatan guru dalam pengembangan kurikulum, mereka memulai dengan membuat proposal dan menyelesaikan kelas mereka. Mereka memulai dengan rancangan pembelajaran, mendata, melakukan riset, menghubungi orang tua dan lainnya, menulis dan menciptakan materi kurikulum, mengevaluasi sumber daya, mencoba gagasan baru.

Para guru bekerja sama dengan administrator dan professional lain, dapat menggunakan ketrampilan dan pengetahuan mereka dalam usaha untuk meningkatkan kurikulum.

 
3. Peran Para Siswa

Untuk merencanakan suatu program dalam perencanaan kurikulum, harus disesuaikan dengan siswa. Rahasia pengambilan keputusan perencanaan kurikulum yang baik adalah dengan memperhatikan saran atau pendapat siswa untuk sekolahnya. .Beberapa sekolah mencari informasi tentang pendapat atau saran siswa untuk dapat melihat secara lebih luas tentang suatu program kurikulum.

Keterlibatan siswa dalam perencanaan kurikulum menandakan perencanaan kurikulum yang professional. Sehingga mereka dapat merasakan bagaimana suatu program baru. Mereka dapat memberikan masukan sebagai penerima suatu program.

Pemilihan siswa yang ikut ambil bagian dalam perencanaan kurikulum, berdasarkan pada sejumlah variabel seperti kecerdasan, motivasi, dan pengetahuannya. Suatu kontribusi yang berharga untuk peningkatan kurikulum yang dapat diberikan siswa adalah mengevaluasi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Walaupun para siswa secara aktif masuk ke dalam proses pengembangan kurikulum dalam beberapa sistem persekolahan, keterlibatan mereka umumnya masih cenderung jarang.

 
4. Peran orang tua dan masyarakat

Menurut Peter F. Oliva, peran orang tua dan masyarakat dalam perencanaan kurikulum terkait dengan :

a. mendukung dan memperkuat keputusan yang dibuat oleh sekolah.

b. terlibat untuk mendukung program sekolah.

c. terlibat dalam kepengurusan komite sekolah

d. merupakan mitra bagi sekolah.

e. turut serta bertanggungjawab untuk mengatasi persoalan yang dihadapi sekolah.


5. Peran Para pengembang Kurikulum

Tanggung jawab utama pengembang kurikulum ditugaskan pada guru dan mereka yang dipilih sebagai pemimpin, keduanya dikenal sebagai pekerja kurikulum. Mereka dalah kelompok orang yang bekerja sama dengan beban yang berat

untuk meningkatkan kurikulum. Produktivitas akan sukses jika kelompok :

a. menetapkan tujuan pada awal pekerjaan

b. terdapat pertukaran personaliti

c. anggotanya mempunyai keahlian, pengetahuan dan kemampuan teknik

d. terdiri atas anggota yang mempunyai motivasi dan bersedia memberikan energi dan waktunya

e. menerima kepemimpinan yang sesuai dan peran yang sesuai

f. orang-orang yang dapat berkomunikasi satu sama lain

g. mempunyai keahlian dalam pengambilan keputusan

h. mempunyai anggota-anggota yang menjaga agenda pribadi dalam relasi yang sesuai dengan tujuan-tujuan kelompok


6. Peran Pemimpin Kurikulum

Pemimpin kurikulum paling sering adalah anggota sekolah, tetapi bisa juga datang dari luar kelompok guru, seperti pengawas kantor pusat, konsultan kurikulum, para direktur pembelajaran dan asisten untuk kurikulum. Pemimpin kurikulum harus :

a. menguasai suatu pendidikan umum

b. mempunyai pemahaman yang baik tentang kurikulum

c. mempunyai pengetahuan tentang sumber daya untuk pengembangan kurikulum

d. mempunyai keterampilan dalam riset

e. dapat mengetahui kebutuhan siswa, masyarakat dan daerah

f. mempunyai sedikit keahlian tentang filsafat, sosiologi dan psikologi

g. mengetahui dan menghargai karakteristik individu rekan kerja mereka.


DAFTAR PUSTAKA


Oliva, Peter F. (1992). The Developing Curriculum. New York : Harper Collins Publisher.

Yager Robert E. (1992). Science Curriculum Resource Handbook.New York : Krus International Publications.


PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN YANG DIBUTUHKAN OLEH PEMIMPIN KURIKULUM

Menurut Oliva dalam kepemimpinan dan pengembangan kurikulum ada empat faktor yang sangat berpengaruh, yaitu:

1. The Change Process (Proses Perubahan)
Seorang pemimpin harus mengetahui apa yang dapat membawa perubahan dan dapat menerapkannya dalam kelompok. Ia harus dapat mengambil keputusan secara efektif. Lembaga-lembaga perlu berubah jika ingin berkembang.

Pengembangan kurikulum adalah upaya terencana dari kelompok sepatutnya terorganisir (atau kelompok) yang berusaha untuk membuat keputusan cerdas untuk mempengaruhi perencanakan perubahan kurikulum. Perubahan terencana, jauh berbeda dari trial and error atau evolusi alami, melainkan sebuah proses yang sistematis yang harus diikuti oleh seluruh peserta.

Menurut Warren G. Bennis fungsi dari proses perubahan meliputi :
  • meningkatkan kompetensi pribadi pemimpin 
  • mempengaruhi perubahan dalam nilai-nilai sehingga faktor manusia dan perasaan -datang untuk dianggap sah. 
  • Meningkatkan saling pengertian di antara anggota kelompok kerja untuk -mengurangi ketegangan 
  • Mengembangkan manajemen tim 
  • Mengatasi konflik bukan menekannya 
  • Menumbuhkan kebersamaan, rasa saling percaya, saling membutuhkan dan -membagi tanggung jawab bersama.

2. Interpersonal Relations (Hubungan antar perseorangan) 
Pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang dinamika kelompok serta mampu membangun iklim kerja yang harmonis. Kelompok akan bersemangat bila:
Interaksi antara anggota kelompok sering terjadi, pada tingkat profesional yang tinggi, ramah, dan harmonis
Konflik pribadi antara anggota kelompok yang jarang atau tidak ada
Kepemimpinan dari dalam kelompok, bersumber dari kekuatan anggota
Perbedaan pendapat yang konstruktif didorong

Kelompok menyadari adanya kemajuan dalam mencapai tujuan dan perlu memperinci tujuan
Kelompok merasa mendapat penghargaan, rasa puas atas keberhasilan

3. Leadership Skills (Ketrampilan Memimpin)
Pemimpin yang terampil harus mampu menghindari dan mengatasi beberapa situasi yang tidak produktif yang berkembang dalam komite kurikulum.

Menurut Ralp B. Kimbrough dan Michael Y. Nunnery terdapat empat gaya kepemimpinan yang dianggap rasional :  
  • Pemimpin cenderung punya intelegensi yang lebih tinggi dari yang lain, punya kemampuan administrasi dan kompetensi teknik dalam menghadapi situasi. 
  • Pemimpin cenderung bersifat dewasa, punya kepercayaan diri, berorientasi pada tujuan, bisa menyelesaikan masalah, dan punya semangat untuk maju.
  •  Pemimpin harus sadar bahwa masyarakat sangat penting dalam mewujudkan prestasi tujuan. Karena itu hendaknya pemimpin harus berkomunikasi dengan masyarakat, bersosialisasi, ramah dan kooperatif.
  •  Adanya sifat-sifat ini tidak menjamin performa pemimpin, begitu juga tanpa sifat-sifat tersebut tidak akan menghalangi performa pemimpin, tetapi sifat-sifat tersebut tentu akan melahirkan performa efektif pemimpin.

4. Communication Skills (Ketrampilan berkomunikasi)
Pemimpin harus mempunyai tingkat ketrampilan komunikasi yang tinggi dan harus mampu menolong anggota kelompoknya dalam meningkatkan kemampuan komunikasinya. Masalah yang dijumpai dalam keterampilan komunikasi :
Kesulitan dalam komunikasi lisan bisa berasal dari situasi-situasi berikut :  
  • Anggota kelompok baik sengaja maupun tidak gagal menciptakan suatu topik pembicaraan. 
  • Anggota kelompok menggunakan bahasa yang tidak tepat dan tidak jelas.
  •  Anggota kelompok memilih materi diskusi yang pernah mereka dengar  
  • Anggota gagal mengekspresikan dirinya sendiri, terutama apabila mereka tidak setuju dengan apa yang dikatakan
  • Anggota gagal mengikuti jalannya diskusi secara teratur  
  • Diskusi ditutup dan kelompok memaksa untuk melakukan voting sebelum waktunya
  • Sesi selesai tanpa keputusan
  • Arus komunikasi utamanya mengalir dari pimpinan ke anggota  
  • Kedengkian, permusuhan dan ketidakharmonisan muncul dalam kelompok

Kesulitan yang akan muncul pada bentuk komunikasi tertulis ketika terjadi situasi seperti berikut :
  • Penulis tidak bisa merasakan dampak dari kata-kata dalam komunikasi tulis 
  • Komunikasi tulis dalam jumlah berlebihan  
  • Penggunaan bahasa yang kurang baik

DAFTAR PUSTAKA

Oliva, Peter F. (1992). The Developing Curriculum. New York : Harper Collins Publisher.

Yager Robert E. (1992). Science Curriculum Resource Handbook.New York : Krus International Publications.

HAKIKAT DAN PROSEDUR PENELITIAN RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D)



Salah satu jenis penelitian pendidikan yang digunakan dalam mengembangkan produk-produk pembelajaran adalah penelitian research and development (R & D). Penelitian R & D merupakan sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan, atau suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk-produk pendidikan yang dihasilkan dapat berupa hardware (seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium), dan software (seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan/laboratorium, model-model pendidikan, pembelajaran pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen). Model penelitian R & D dalam bidang pendidikan, antara lain model Sugiyono dan model Borg and Gall. Model Sugiyono terdiri dari 10 langkah yakni: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Ujicoba produk, (7) Revisi produk, (8) Ujicoba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi masal. Demikian pula model Borg dan Gall meliputi sepuluh langkah, yang terdiri dari: (1) Research and Information colletion, (2) Planning, (3) Develop Preliminary form of Product, (4) Preliminary Field Testing, (5) Main Product Revision, (6) Main Field Testing, (7) Operational Product Revision, (8) Operational Field Testing, (9) Final Product Revision, dan (10) Disemination and Implementasi.


PENDAHULUAN

Ada banyak upaya yang dapat dilakukan oleh setiap insan pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya itu adalah dengan melakukan kegiatan penelitin, khususnya penilitian pendidikan. Melalui penelitian, masalah-masalah dalam pendidikan dapat "tertangkap" kemudian ditemukan solusinya. Hal-hal baru yang lebih inovatif dalam pendidikan dapat pula dikembangkan dan diaplikasikan dari sebuah penelitian. Ada beberapa jenis penelitian yang dapat dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang bergenre research and development (R&D)/ penelitian dan pengembangan.

Pada awalnya, penelitian R&D diterapkan pada dunia industri, dan merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk penelitian ini, bahkan untuk bidang-bidang tertentu seperti komputer dan farmasi alokasi biayanya dapat melebihi 4% (Borg and Gall, 1989). Sedangkan dalam bidang sosial dan pendidikan, peranan R&D masih sangat kecil yakni kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Hal ini dianggap sebagai salah satu alasan utama mengapa kemajuan dalam bidang pendidikan agak tertinggal jika dibandingkan dengan bidang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Borg and Gall (1989), Unfortunately, R & D still plays a minor role in education. Less than one percent of education expenditures are for this purpose. This is probably one of the main reasons why progress in education has logged for behind progress in other field.


1. PENGERTIAN R & D

Menurut Borg and Gall (1989), educational research and development is a process used to develop and validate educational product, artinya bahwa penelitian pengembangan pendidikan (R&D) adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah produk yang sudah ada melainkan juga untuk menemukan pengetahuan atau jawaban atas permasalahan praktis. Sugiyono (2009) berpendapat bahwa, metode penelitian dan pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan (digunakan metode survey atau kualitatif) dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keektifan produk tersebut (digunakan metode eksperimen).

Lebih lanjut Borg and Gall (1989) menyatakan bahwa untuk penelitian analisis kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar (basic research). Kemudian untuk menguji produk yang masih bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen atau action research. Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut dinamakan penelitian terapan (applied research). Adapun penelitian R & D bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk, dengan demikian penelitian R & D bersifat longitudinal.

Produk-produk pendidikan yang dihasilkan dapat berupa kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian dan lain-lain (Sugiyono:2009). Senada dengan ini Sukmadinata (2008), mengemukakan bahwa penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk software maupun hardware. Produk software seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen,dan sebagainya. Sedangkan produk hardware seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan laboratorium, paket, atau program pembelajaran. Penelitian dan pengembangan berbeda dengan penelitian biasa yang hanya menghasilkan saran-saran bagi perbaikan, penelitian dan pengembangan menghasilkan produk yang langsung bisa digunakan.


2. KARAKTERISTIK DAN BIDANG KAJIAN R & D

Terkait karakteristik dari R & D, Borg and Gall (1989) menjelaskan empat ciri utama dalam penelitian R & D, yaitu:

a. Studying research findings pertinent to the product to be develop

Artinya, melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan.

b. Developing the product base on this findings

Artinya, mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.

c. Field testing it in the setting where it will be used eventually

Artinya, dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya di mana produk tersebut nantinya digunakan

d. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage.

Artinya, melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.


Dari empat ciri utama R & D tersebut, memberikan gambaran bahwa ciri utama R & D adalah adanya langkah-langkah penelitian awal tekait dengan produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemudian produk.

Adapun bidang kajian R & D menurut sumarno (dalam Ghufron, 2011) meliputi organisasi dan manajemen, pembiayaan, mutu/pembelajaran, dan guru. Masalah-masalah di bidang organisasi dan manajemen yakni terkait metodologi pengubahan perilaku sistemik organisasi pendidikan, meliputi debirokratisasi struktural, demokratisasi kultural, dan profesionalisme interaksional. Untuk masalah-masalah di bidang pembiayaan pendidikan yakni meliputi model pembiayaan sekolah/ satuan penddikan, model penggajian guru, model pendanaan masyarakat, dan model beasiswa.

Sementara masalah-masalah yang terkait bidang mutu pembelajaran antara lain meliputi implementasi kurikulum, efektivitas kinerja program (akselerasi, unggulan, pengembangan kultur, ujian akhir), dan model-model pembelajaran aktif dan berbasis budaya. Sedangkan masalah-masalah di bidang guru antara lain meliputi model diklat yang efektif, model LPMP yang efektif sebagai pusat pengembangan karier guru, model peningkatan insentive atau kesejahteraan guru, dan advokasi profesi.

3. LANGKAH-LANGKAH R & D

Ada beberapa model penelitian R & D dalam bidang pendidikan, antara lain model Sugiyono dan model Borg and Gall. Secara ringkas kedua model tersebut diuraikan sebagai berikut.

Model Sugiyono

Menurut Sugiyono (2009), langkah-langkah penelitian R & D terdiri dari 10 langkah sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Ujicoba produk, (7) Revisi produk, (8) Ujicoba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi masal.

Secara skematik langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian R & D menurut Sugiyono




Langkah-langkah tersebut secara ringkas dijelaskan sebagai berikut.

a. Potensi dan Masalah

Penelitian berawal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah juga bisa dijadikan sebagai potensi, apabila dapat mendayagunakannya. Masalah akan terjadi jika terdapat penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah ini dapat diatasi melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.

b. Mengumpulkan Informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, selanjutnya dikumpulkan berbagai informasi dan studi literatur yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoretis yang memperkuat suatu produk, khususnya yang terkait dengan produk pendidikan, misal produk yang berbentuk model, program, sistem, pendekatan, software dan sebagainya. Di sisi lain melalui studi literatur akan dikaji ruang lingkup suatu produk, keluasan penggunaan, kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan dan keterbatasannya. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan produk tersebut.

c. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dari penelitian R & D ada banyak macamnya. Untuk menghasilkan sistem kerja baru, harus dibuat rancangan kerja baru berdasarkan penilaian terhadap system kerja lama, sehingga dapat ditemukan kelemahan - kelemahan terhadap sistem tersebut. Disamping itu dilakukan penelitian terhadap unit lain yang dipandang sistem kerjanya bagus. Selain itu harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan sistem kerja yang modern berikut indikator sistem kerja yang baik. Hasil akhir dari kegiatan ini berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik karena efektivitasya belum terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Desain produk harus diwujudkan dengan gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya, serta akan memudahkan pihak lain untuk memahaminya.

d. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya.

e. Perbaikan Desain

Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya . maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.

f. Uji coba Produk

Desain produk yang telah dibuat tidak bisa langsung diuji coba dahulu. Tetapi harus dibuat terlebih dahulu, menghasilkan produk, dan produk tersebut yang diujicoba. Pengujian dapat dilakukan dengan ekperimen yaitu membandingkan efektivitas dan efesiensi sistem kerja lama dengan yang baru.

g. Revisi Produk

Pengujian produk pada sampel yang terbatas tersebut menunjukkan bahwa kinerja sistem kerja baru ternyata yang lebih baik dari sistem lama. Perbedaan sangat signifikan, sehingga sistem kerja baru tersebut dapat diberlakukan.

h. Ujicoba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa sistem kerja baru tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luas. Dalam operasinya sistem kerja baru tersebut, tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

i. Revisi Produk

Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam perbaikan kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelebihan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah sistem kerja.

j. Pembuatan Produk Masal

Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Sebagai contoh pembuatan mesin untuk mengubah sampah menjadi bahan yang bermanfaat, akan diproduksi masal apabila berdasarkan studi kelayakan baik dari aspek teknologi, ekonomi dan ligkungan memenuhi. Jadi untuk memproduksi pengusaha dan peneliti harus bekerja sama.





Model Borg and Gall

Menurut Borg dan Gall (1989), penelitian R & D dalam pendidikan meliputi sepuluh langkah, yakni: (1) Research and Information colletion, (2) Planning, (3) Develop Preliminary form of Product, (4) Preliminary Field Testing, (5) Main Product Revision, (6) Main Field Testing, (7) Operational Product Revision, (8) Operational Field Testing, (9) Final Product Revision, dan (10) Disemination and Implementasi. Skema langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.



Gambar 2. Langkah-langkah Penelitian R & D menurut Borg dan Gall






Secara ringkas langkah-langkah penelitian R & D menurut Borg dan Gall diuraikan sebagai berikut.

a. Research and Information colletion (penelitian dan pengumpulan data)

Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan. Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria yang terkait dengan urgensi pengembangan produk dan pengembangan produk itu sendiri, juga ketersediaan SDM yang kompeten dan kecukupan waktu untuk mengembangkan.Adapun studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan, dan ini dilakukan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan. Sedangkan riset skala kecil perlu dilakukan agar peneliti mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.

b. Planning (perencanaan)

Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

c. Develop Preliminary form of Product (pengembangan draft produk awal)

Langkah ini meliputi penentuan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik), penentuan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan, penentuan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan, dan penentuan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian. Termasuk di dalamnya antara lain pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi.

d. Preliminary Field Testing (uji coba lapangan awal)

Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas, yaitu melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk, yang bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat. Uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi. Misal uji ini dilakukan di 1 sampai 3 sekolah, menggunakan 6 sampai 12 subjek uji coba (guru). Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket. Pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi yang selanjutnya dianalisis.

e. Main Product Revision (revisi hasil uji coba)

Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.

f. Main Field Testing (uji lapangan produk utama)

Langkah ini merupakan uji produk secara lebih, meliputi uji efektivitas desain produk, uji efektivitas desain (pada umumnya menggunakan teknik eksperimen model penggulangan). Hasil dari uji ini adalah diperolehnya desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi. Contoh uji ini misal dilakukan di 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai 100 subjek. Pengumpulan data tentang dampak sebelum dan sesudah implementasi produk menggunakan kelas khusus, yaitu data kuantitatif penampilan subjek uji coba (guru) sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.

g. Operational Product Revision (revisi produk)

Langkah ini merupakan penyempurnaan produk atas hasil uji lapangan berdasarkan masukan dan hasil uji lapangan utama. Jadi perbaikan ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang dikembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

h. Operational Field Testing (uji coba lapangan skala luas/uji kelayakan)

Langkah ini sebaiknya dilakukan dengan skala besar, meliputi uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk, dan uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk. Hasil uji lapangan berupa model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi. Misal uji ini dilakukan di 10 sampai 30 sekolah dengan 40 sampai 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan hasilnya dianalisis.

i. Final Product Revision (revisi produk final)

Langkah ini merupakan penyempurnaan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai "generalisasi" yang dapat diandalkan. Penyempurnaan didasarkan masukan atau hasil uji kelayakan dalam skala luas.

j. Disemination and Implementasi (Desiminasi dan implementasi)

Desiminasi dan implementasi, yaitu melaporkan produk pada forum-forum profesional di dalam jurnal dan implementasi produk pada praktik pendidikan. Penerbitan produk untuk didistribusikan secara komersial maupun free untuk dimanfaatkan oleh publik. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control. Disamping harus dilakukan monitoring terhadap pemanfaatan produk oleh publik untuk memperoleh masukan dalam kerangka mengendalikan kualitas produk.

PENUTUP

Penelitian R & D merupakan sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan, atau suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk-produk pendidikan yang dihasilkan baik yang berupa hardware maupun software diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efektifitas pendidikan yang berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Sehingga secara umum dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. (1989). Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

Ghufron, A. 2011. Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (R&D) di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Handout. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.



Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pengertian Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mengumpulkan data/informasi dengan berbagai teknik, mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan dan mengkomunikasikanhasil yang terdiri dari kesimpulan dan mungkin juga temuan lain yang di luar rumusan masalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses itu, bantuan guru diperlukan, tetapi bantuan itu harus semakin berkurang ketika peserta didik semakin bertambah dewasa atau semakin tinggi kelasnya.

Pendekatan saintifik sangat relevan dengan teori belajar Bruner, Piaget, dan Vygotsky berikut ini. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan, peserta didik akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk

melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan, retensi ingatan peserta didik akan menguat. Empat hal di atas bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Berdasarkan teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah. Skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.

Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus, yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip, atau pengalaman baru, ke dalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus tersebut cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Apabila ciri-ciri stimulus tidak cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada, seseorang akan melakukan akomodasi.

Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi. Apabila pada seseorang akomodasi lebih dominan dibandingkan asimilasi, ia akan memiliki skemata yang banyak tetapi kualitasnya cenderung rendah. Sebaliknya, apabila asimilasi lebih dominan dibandingkan akomodasi, seseorang akan memiliki skemata yang tidak banyak, tetapi cenderung memiliki kualitas yang tinggi. Keseimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk perkembangan intelek seseorang, menuju ke tingkat yang lebih tinggi.

Piaget (Carin & Sund, 1975) menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi kecuali peserta didik dapat beraksi secara mental dalam bentuk asimilasi dan akomodasi terhadap informasi atau stimulus yang ada di sekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi, guru dan peserta didik hanya akan terlibat dalam belajar semu (pseudo-learning) dan informasi yang dipelajari cenderung mudah terlupakan.

Proses kognitif yang dibutuhkan dalam rangka mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip dalam skema seseorang melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan yang terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik selalu melibatkan proses asimilasi dan akomodasi. Oleh karena itu, teori belajar Piaget sangat relevan dengan pendekatan saintifik.

Vygotsky (Nur dan Wikandari, 2000:4) menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, tetapi tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan, atau tugas itu berada dalam zone of proximal development, yaitu daerah yang terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini, yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori Vygotsky menerapkan apa yang disebut dengan scaffolding (perancahan). Perancahan mengacu kepada bantuan yang diberikan teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten. Artinya, sejumlah besar dukungan diberikan kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran, yang kemudian bantuan itu semakin dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri. (Nur, 1998:32).


2. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik,
b. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik,
c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi,
d. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah, serta
e. Mengembangkan karakter peserta didik.

3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
a. Berpusat pada peserta didik yaitu kegiatan aktif peserta didik secara fisik dan mental dalam membangun makna atau pemahaman suatu konsep, hukum/prinsip
b. Membentuk students’ self concept yaitu membangun konsep berdasarkan pemahamannya sendiri.
c. Menghindari verbalisme,
d. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip,
e. Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir peserta didik,
f. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik,
g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, serta
h. Memungkinkan adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
i. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip,
j. Melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

4. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui sejumlah langkah sebagai berikut.
a. Melakukan pengamatan terhadap aspek-aspek dari suatu fenomena untuk mengidentifikasi masalah
b. Merumuskan pertanyaan berkaitan dengan masalah yang ingin diketahui dan menalar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,
c. Mencoba/mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik,
d. Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi untuk menarik kesimpulan,
e. Mengkomunikasikankesimpulan,
f. Mencipta.

Hasil yang diperoleh dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik berupa konsep, hukum, atau prinsip yang dikonstruk oleh peserta didik dengan bantuan guru. Pada kondisi tertentu, data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tidak mungkin diperoleh secara langsung oleh peserta didikkarena kadang-kadang data tersebut perlu dikumpulkan dalam waktu yang lama. Dalam hal ini guru dapat memberikan data yang dibutuhkan untuk kemudian dianalisis oleh peserta didik.

5. Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh, ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira, mengecek kehadiran para peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran karena terkait langsung dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti dalam pendekatan saintifik ditujukan untuk memperoleh konsep, hukum, atau prinsip oleh peserta didik dengan bantuan guru melalui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Pada akhir kegiatan inti validasi terhadap konsep, hukum, atau prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik dilakukan.

Kegiatan penutup ditujukan untuk beberapa hal pokok. Pertama, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai peserta didik. Pengayaan dapat dilakukan dengan memberikan tugas kepada peserta didik membaca buku-buku pelajaran atau sumber informasi lainnya untuk memantapkan pemahaman materi yang telah dibelajarkan atau memahami materi lain yang berkaitan. Guru juga dapat meminta peserta didik mengakses sumber-sumber dari internet, baik berupa animasi maupun video yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan. Dalam hal ini, sebaiknya guru memberikan situs-situs internet yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dibelajarkan. Pengayaan dapat juga dilakukan dengan meminta peserta didik melakukan percobaan di rumah, yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan, yang dapat dilakukan dengan aman.Kedua, guru dapat memberikan kegiatan remedi apabila ada peserta didik yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, guru dapat memberi PR dan memberitahuhan materi/ kompetensi berikutnya yang akan dipelajari.

Contoh 1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA tentang Medan Magnet.
Kegiatan Pendahuluan
1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran IPA, guru menanyakan konsep mengenai kutub magnet dan gaya magnet, sebelum pembelajaran medan magnet.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1. Mengamati
Guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu fenomena. Sebagai contoh, peserta didik mengamati paku yang diikat tali didekatkan dan dijauhkan pada magnet yang dibungkus kertas seperti pada gambar berikut.
Statif
Benang
Paku kecil
Magnet keping dibungkus kertas tipis
Peserta didik mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya.
Misalnya: paku kecil melayang, paku kecil tidak jatuh, paku kecil jatuhketika posisinya jauh dari benda terbungkus kertas.
2. Menanya
Peserta didikmerumuskan pertanyaan terkait dengan fenomena yang belum mereka ketahui. Sebagai contoh, peserta didik menanyakan hal yang belum diketahui dan yang ingin diketahui lebih lanjut berdasarkan hasil pengamatannya, misalnya “mengapa paku jika posisinya didekat benda terbungkus kertas dapat melayang, tetapi paku jatuh ketika posisinya dijauhkan dari benda yang terbungkus?”
Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh, peserta didik mengajukan pendapat “paku tertarik benda terbungkus kertas ketika posisinya dekat, tetapi ketika posisinya jauh tidak tertarik”. Pendapat peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.

3. Mengumpulkan data atau informasi
Peserta didik mengumpulkan data melalui 2 percobaan yaitu 1) mengenai bentuk serbuk besi yang di sekitar magnet batang dan magnet U; 2) jarak antara paku dan kutub magnet saat paku mulai bergerak mendekati magnet. Data yang terkumpul misalnya “gambar pola serbuk besi di sekitar magnet; jarak paku terhadap kutub magnet ketika magnet tertarik secara lemah dan kuat”.

4. Menganalisis Data
Peserta didik menganalisis data yang dikumpulkan sendiri atau data yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa 1) pola serbuk menunjukkan wilayah yang dipengaruhi oleh gaya magnet dan selanjutnya disebut medan magnet; 2) medan magnet yang dihasilkan oleh magnet batang berbeda dengan magnet U; 3) lemah dan kuatnya tarikan gaya magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.

5. Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, peserta didik dapat menyampaikan kesimpulannya secara lisan dan/atau tertulis melalui presentasi kelompok yang disertai dengan diskusi dan tanya jawab. Misalnya, guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan konsep dan prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Pada tahap ini guru memberi umpan balik, memberi penguatan kepada peserta didik dan/atau pengayaan pengetahuan.

Contoh 2. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA tentang “Asam Basa”.

Kegiatan Pendahuluan
1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebagai contoh, guru menanyakan konsep mengenai larutan dan komponennya, sebelum pembelajaran materi asam-basa. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1. Mengamati
Guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu fenomena. Sebagai contoh, peserta didik mengamati ekstrak buah belimbing atau tomat secara nyata atau fenomena yang ditayangkan melalui video. Peserta didik mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya.
2. Menanya

Peserta didikmerumuskan pertanyaan terkait dengan suatu fenomenon yang mereka belum ketahui. Sebagai contoh, guru memberi kesempatan kepada peserta didik menanyakan hal yang belum diketahui dan yang ingin diketahui lebih lanjut berdasarkan hasil pengamatannya, misalnya “mengapa larutan ekstrak buah belimbing atau tomat memiliki rasa manis dan masam”.
Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh, peserta didik mengajukan pendapat bahwa rasa manis dan masam pada larutan ekstrak buah belimbing atau tomat disebabkan oleh adanya zat yang memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.
3. Mengumpulkan data atau informasi
Peserta didik mengumpulkan data melalui percobaan atau guru memberikan data mengenai rasa dan sifat keasaman (dengan menggunakan lakmus) yang terdapat dalam larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat. Misalnya larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat memiliki rasa manis dan asam; mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah lakmus merah.
4. Menganalisis Data
Peserta didik menganalisis data yang dikumpulkan sendiri atau data yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa ekstrak buah belimbing atau buah tomat memiliki rasa masam dan manis dan bersifat asam karena mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah lakmus merah.
5. Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, peserta didik menyampaikan kesimpulannya secara lisan dan/atau tertulis, misalnya, melalui presentasi kelompokdan tanya jawab. Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan konsep, prinsip atau hukum yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Guru memberi umpan balik, penguatan, dan/atau pengayaan.

Kegiatan Penutup
1. Guru dapat meminta peserta didik untuk meningkatkan pemahamannya mengenai konsep, prinsip, atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran atau sumber informasi lain yang relevan.
2. Guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang berkaitan dengan konsep, prinsip, atau teori yang telah dipelajari oleh peserta didik dan kemudian meminta peserta didik untuk mengaksesnya.


Rabu, 21 Juni 2017

KUMPULAN LINK LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENDIDIKAN SAINS S2 SEMESTER 2


KUMPULAN LINK LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENDIDIKAN SAINS S2 SEMESTER 2

Nih saya bagikan link laporan praktikum biologi sewaktu kuliah dulu, barang kali bermanfaat..heheh
Indahnya berbagi bersama....hehehehehe

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI TEKANAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP MEMBRAN ERITROSIT

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SYSTEM ABO

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ANALISIS VEGETASI DI HUTAN WANAGAMA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI RESPIRASI KECAMBAH

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI STRUKTUR AKAR BATANG DAN DAUN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PREPARAT SQUASH UJUNG AKAR BAWANG MERAH

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PREPARAT ULAS VAGINA MENCIT