Jumat, 23 Juni 2017

Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pengertian Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mengumpulkan data/informasi dengan berbagai teknik, mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan dan mengkomunikasikanhasil yang terdiri dari kesimpulan dan mungkin juga temuan lain yang di luar rumusan masalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses itu, bantuan guru diperlukan, tetapi bantuan itu harus semakin berkurang ketika peserta didik semakin bertambah dewasa atau semakin tinggi kelasnya.

Pendekatan saintifik sangat relevan dengan teori belajar Bruner, Piaget, dan Vygotsky berikut ini. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan, peserta didik akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk

melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan, retensi ingatan peserta didik akan menguat. Empat hal di atas bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Berdasarkan teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah. Skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.

Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus, yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip, atau pengalaman baru, ke dalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus tersebut cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Apabila ciri-ciri stimulus tidak cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada, seseorang akan melakukan akomodasi.

Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi. Apabila pada seseorang akomodasi lebih dominan dibandingkan asimilasi, ia akan memiliki skemata yang banyak tetapi kualitasnya cenderung rendah. Sebaliknya, apabila asimilasi lebih dominan dibandingkan akomodasi, seseorang akan memiliki skemata yang tidak banyak, tetapi cenderung memiliki kualitas yang tinggi. Keseimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk perkembangan intelek seseorang, menuju ke tingkat yang lebih tinggi.

Piaget (Carin & Sund, 1975) menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi kecuali peserta didik dapat beraksi secara mental dalam bentuk asimilasi dan akomodasi terhadap informasi atau stimulus yang ada di sekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi, guru dan peserta didik hanya akan terlibat dalam belajar semu (pseudo-learning) dan informasi yang dipelajari cenderung mudah terlupakan.

Proses kognitif yang dibutuhkan dalam rangka mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip dalam skema seseorang melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan yang terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik selalu melibatkan proses asimilasi dan akomodasi. Oleh karena itu, teori belajar Piaget sangat relevan dengan pendekatan saintifik.

Vygotsky (Nur dan Wikandari, 2000:4) menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, tetapi tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan, atau tugas itu berada dalam zone of proximal development, yaitu daerah yang terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini, yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori Vygotsky menerapkan apa yang disebut dengan scaffolding (perancahan). Perancahan mengacu kepada bantuan yang diberikan teman sebaya atau orang dewasa yang lebih kompeten. Artinya, sejumlah besar dukungan diberikan kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran, yang kemudian bantuan itu semakin dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri. (Nur, 1998:32).


2. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik,
b. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik,
c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi,
d. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah, serta
e. Mengembangkan karakter peserta didik.

3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
a. Berpusat pada peserta didik yaitu kegiatan aktif peserta didik secara fisik dan mental dalam membangun makna atau pemahaman suatu konsep, hukum/prinsip
b. Membentuk students’ self concept yaitu membangun konsep berdasarkan pemahamannya sendiri.
c. Menghindari verbalisme,
d. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip,
e. Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir peserta didik,
f. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik,
g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, serta
h. Memungkinkan adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
i. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip,
j. Melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

4. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui sejumlah langkah sebagai berikut.
a. Melakukan pengamatan terhadap aspek-aspek dari suatu fenomena untuk mengidentifikasi masalah
b. Merumuskan pertanyaan berkaitan dengan masalah yang ingin diketahui dan menalar untuk merumuskan hipotesis atau jawaban sementara berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,
c. Mencoba/mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik,
d. Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi untuk menarik kesimpulan,
e. Mengkomunikasikankesimpulan,
f. Mencipta.

Hasil yang diperoleh dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik berupa konsep, hukum, atau prinsip yang dikonstruk oleh peserta didik dengan bantuan guru. Pada kondisi tertentu, data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan tidak mungkin diperoleh secara langsung oleh peserta didikkarena kadang-kadang data tersebut perlu dikumpulkan dalam waktu yang lama. Dalam hal ini guru dapat memberikan data yang dibutuhkan untuk kemudian dianalisis oleh peserta didik.

5. Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh, ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira, mengecek kehadiran para peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran karena terkait langsung dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti dalam pendekatan saintifik ditujukan untuk memperoleh konsep, hukum, atau prinsip oleh peserta didik dengan bantuan guru melalui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Pada akhir kegiatan inti validasi terhadap konsep, hukum, atau prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik dilakukan.

Kegiatan penutup ditujukan untuk beberapa hal pokok. Pertama, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai peserta didik. Pengayaan dapat dilakukan dengan memberikan tugas kepada peserta didik membaca buku-buku pelajaran atau sumber informasi lainnya untuk memantapkan pemahaman materi yang telah dibelajarkan atau memahami materi lain yang berkaitan. Guru juga dapat meminta peserta didik mengakses sumber-sumber dari internet, baik berupa animasi maupun video yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan. Dalam hal ini, sebaiknya guru memberikan situs-situs internet yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dibelajarkan. Pengayaan dapat juga dilakukan dengan meminta peserta didik melakukan percobaan di rumah, yang berkaitan dengan materi yang telah dibelajarkan, yang dapat dilakukan dengan aman.Kedua, guru dapat memberikan kegiatan remedi apabila ada peserta didik yang belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, guru dapat memberi PR dan memberitahuhan materi/ kompetensi berikutnya yang akan dipelajari.

Contoh 1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA tentang Medan Magnet.
Kegiatan Pendahuluan
1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran IPA, guru menanyakan konsep mengenai kutub magnet dan gaya magnet, sebelum pembelajaran medan magnet.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1. Mengamati
Guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu fenomena. Sebagai contoh, peserta didik mengamati paku yang diikat tali didekatkan dan dijauhkan pada magnet yang dibungkus kertas seperti pada gambar berikut.
Statif
Benang
Paku kecil
Magnet keping dibungkus kertas tipis
Peserta didik mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya.
Misalnya: paku kecil melayang, paku kecil tidak jatuh, paku kecil jatuhketika posisinya jauh dari benda terbungkus kertas.
2. Menanya
Peserta didikmerumuskan pertanyaan terkait dengan fenomena yang belum mereka ketahui. Sebagai contoh, peserta didik menanyakan hal yang belum diketahui dan yang ingin diketahui lebih lanjut berdasarkan hasil pengamatannya, misalnya “mengapa paku jika posisinya didekat benda terbungkus kertas dapat melayang, tetapi paku jatuh ketika posisinya dijauhkan dari benda yang terbungkus?”
Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh, peserta didik mengajukan pendapat “paku tertarik benda terbungkus kertas ketika posisinya dekat, tetapi ketika posisinya jauh tidak tertarik”. Pendapat peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.

3. Mengumpulkan data atau informasi
Peserta didik mengumpulkan data melalui 2 percobaan yaitu 1) mengenai bentuk serbuk besi yang di sekitar magnet batang dan magnet U; 2) jarak antara paku dan kutub magnet saat paku mulai bergerak mendekati magnet. Data yang terkumpul misalnya “gambar pola serbuk besi di sekitar magnet; jarak paku terhadap kutub magnet ketika magnet tertarik secara lemah dan kuat”.

4. Menganalisis Data
Peserta didik menganalisis data yang dikumpulkan sendiri atau data yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa 1) pola serbuk menunjukkan wilayah yang dipengaruhi oleh gaya magnet dan selanjutnya disebut medan magnet; 2) medan magnet yang dihasilkan oleh magnet batang berbeda dengan magnet U; 3) lemah dan kuatnya tarikan gaya magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.

5. Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, peserta didik dapat menyampaikan kesimpulannya secara lisan dan/atau tertulis melalui presentasi kelompok yang disertai dengan diskusi dan tanya jawab. Misalnya, guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan konsep dan prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Pada tahap ini guru memberi umpan balik, memberi penguatan kepada peserta didik dan/atau pengayaan pengetahuan.

Contoh 2. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA tentang “Asam Basa”.

Kegiatan Pendahuluan
1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sebagai contoh, guru menanyakan konsep mengenai larutan dan komponennya, sebelum pembelajaran materi asam-basa. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1. Mengamati
Guru meminta peserta didik untuk mengamati suatu fenomena. Sebagai contoh, peserta didik mengamati ekstrak buah belimbing atau tomat secara nyata atau fenomena yang ditayangkan melalui video. Peserta didik mengamati dan menyampaikan hasil pengamatannya.
2. Menanya

Peserta didikmerumuskan pertanyaan terkait dengan suatu fenomenon yang mereka belum ketahui. Sebagai contoh, guru memberi kesempatan kepada peserta didik menanyakan hal yang belum diketahui dan yang ingin diketahui lebih lanjut berdasarkan hasil pengamatannya, misalnya “mengapa larutan ekstrak buah belimbing atau tomat memiliki rasa manis dan masam”.
Pada tahap ini, peserta didik juga didorong untuk mengajukan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang mereka rumuskan. Sebagai contoh, peserta didik mengajukan pendapat bahwa rasa manis dan masam pada larutan ekstrak buah belimbing atau tomat disebabkan oleh adanya zat yang memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat peserta didik ini merupakan suatu hipotesis.
3. Mengumpulkan data atau informasi
Peserta didik mengumpulkan data melalui percobaan atau guru memberikan data mengenai rasa dan sifat keasaman (dengan menggunakan lakmus) yang terdapat dalam larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat. Misalnya larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat memiliki rasa manis dan asam; mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah lakmus merah.
4. Menganalisis Data
Peserta didik menganalisis data yang dikumpulkan sendiri atau data yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data peserta didik menarik kesimpulan. Sebagai contoh, peserta didik menyimpulkan bahwa ekstrak buah belimbing atau buah tomat memiliki rasa masam dan manis dan bersifat asam karena mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak mengubah lakmus merah.
5. Mengkomunikasikan
Pada langkah ini, peserta didik menyampaikan kesimpulannya secara lisan dan/atau tertulis, misalnya, melalui presentasi kelompokdan tanya jawab. Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan konsep, prinsip atau hukum yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Guru memberi umpan balik, penguatan, dan/atau pengayaan.

Kegiatan Penutup
1. Guru dapat meminta peserta didik untuk meningkatkan pemahamannya mengenai konsep, prinsip, atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran atau sumber informasi lain yang relevan.
2. Guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang berkaitan dengan konsep, prinsip, atau teori yang telah dipelajari oleh peserta didik dan kemudian meminta peserta didik untuk mengaksesnya.



EmoticonEmoticon